Selasa, 01 Maret 2016

JIKA BESOK AKU MATI





JIKA BESOK AKU MATI


Jika besok aku mati, tiba-tiba saja hal itu terlintas di pikiranku. Mati? Ya... aku akan mati. Memang setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Setiap hari di muka bumi ini ada yang mati, entah dengan cara apa kematiannya. Ada yang mati karena sakit, mati karena kecelakaan, mati karena bencana alam, mati karena dibunuh bahkan ada yang mati karena bunuh diri. Menurut data WHO, ada 25.000 orang yang mati setiap hari di muka bumi ini.
Kematian pasti datang, aku sadar betul tentang hal itu. Tapi bagaimana jika aku mati besok? Ya! Besok! Aku terpana. Semua orang termasuk aku mengira bahwa kematiannya masih lama. Tapi.. bukankah setiap hari ada yang mati? Bagaimana jika besok giliran aku yang mati?
Tiba-tiba hatiku ketar-ketir. Jika aku mati besok aku belum punya apa-apa untuk bekal di kehidupan nanti. Aku akan ditanya tentang shalatku, padahal shalatku... Ya Tuhan... shalatku belum benar, masih sering terlambat karena pekerjaan yang selalu sibuk. Aku akan ditanya masalah rezeki dan harta yang kumiliki, asalnya dari mana dan didapatkan dengan cara apa? Terus digunakan untuk apa? Oohh... aku masih sering memakan rezeki yang kuragukan halal dan haramnya. Dan aku lebih sering menggunakan hartaku untuk kepentingan duniawi. Jarang sekali aku menyumbang ke mesjid, jarang sekali aku memberikan hartaku kepada fakir miskin dan anak yatim. Jarang sekali kugunakan hartaku untuk berbuat kebaikan. Aku akan ditanya bagaimana sikapku terhadap anak dan isteriku sebagai sebuah amanat. Duhhh... aku belum menjaga dan mendidik mereka dengan baik dan benar. Aku belum bisa membahagiakan mereka. Aku akan ditanya bagaimana aku menghargai dan menghormati kedua orang tuaku. Berlinang air mataku karena kelalaianku selama ini kepada mereka. Padahal mereka telah mengasuh dan merawatku ketika aku kecil, mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan anaknya yang durhaka ini. Aku akan ditanya tentang hubunganku dengan orang-orang di sekitarku, yang secara sadar atau tidak pernah kusakiti dan aku belum meminta maaf kepada mereka semua.
Jika aku mati besok... celakalah aku... aku akan masuk ke alam kubur dalam keadaan nelangsa.

Alam kubur adalah alam yang menakutkan bagi orang-orang yang meyakini adanya siksa kubur. Kedahsyatan siksa kubur sungguh menggetarkan jantung dan membuat bulu kuduk merinding. Sayidina Umar r.a. setiap kali menziarahi kubur selalu menangis terisak-isak sehingga janggutnya basah dengan air mata. Seseorang bertanya kepada beliau, “Tuan tidak pernah menangis ketika mendengar berita-berita tentang surga dan neraka, tetapi mengapa Tuan menangis ketika menziarahi kuburan?”
Beliau menjawab, “Kubur adalah tempat persinggahan pertama dalam perjalanan menuju alam akherat. Barangsiapa selamat di tempat persinggahan pertama ini, maka persinggahan-persinggahan berikutnya akan mudah. Sebaliknya barangsiapa gagal di tempat persinggahan pertama ini, maka akan menerima berbagai kesulitan di persinggahan-persinggahan berikutnya.”
Selanjutnya beliau berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak pernah aku menyaksikan suatu kejadian yang lebih menakutkan daripada peristiwa yang terjadi di alam kubur’.”
Siti Aisyah r.a. meriwayatkan, “Setiap selesai shalat Rasulullah SAW selalu memohon perlindungan dari siksa kubur.”
Sabda Rasulullah, “Aku khawatir kamu tidak akan menguburkan mayat-mayat karena gentar dan takut jika aku berdo’a kepada Allah SWT supaya memperlihatkan kepada kalian keadaan azab kubur. Setiap makhluk pernah mendengar suara siksa kubur, kecuali manusia dan jin.”
Dalam sebuah hadits diceritakan, suatu waktu Rasulullah sedang berada dalam sebuah perjalanan, tiba-tiba Unta yang dikendarai beliau tidak mau melanjutkan perjalanan.
Seseorang bertanya, “Mengapa begini ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Ada seseorang yang sedang disiksa di alam kuburnya, suara siksaan kubur itu terdengar oleh Unta ini, itulah yang menyebabkan ia takut dan tak mau berjalan melintasi tempat itu.”
Alam kubur adalah alam yang membatasi antara dunia dan akherat. Alam kubur adalah tempat persinggahan sementara sebelum kejadian kiamah. Di alam kubur, manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia.
Jika seorang manusia mati dalam keadaan baik, maka tanah pekuburan akan memberikan sambutan yang menyenangkan.
 “Hai manusia, waktu di dunia kamu termasuk orang shaleh, giat beribadah, suka menolong, maka aku sangat sayang kepadamu. Sekarang kamu sudah masuk ke alam kubur, aku akan lebih sayang kepadamu.” Selanjutnya alam kubur menjadi luas, serta dihiasi dengan taman surga.
Jika seorang manusia mati dalam keadaan durhaka, maka tanah pekuburan akan memberikan sambutan yang bengis.
“Hai manusia, celakalah kamu! Kamu melupakan alam kubur. Apakah kamu tidak mengetahui kalau alam kubur itu adalah rumah yang penuh dengan fitnah!? Rumah yang gelap! Rumah untuk sendirian! Rumah yang penuh dengan cacing! Dahulu kamu kalau melewati pekuburan suka berbicara kasar! Tidak punya sopan santun! Aku dahulu benci kepadamu! Sekarang aku lebih benci kepadamu! Tunggu siksa kubur untuk dirimu!” Selanjutnya tanah kuburan menyeret jasad si mayat, digencet sampai tulang-tulangnya berbunyi, tulang rusuk yang kiri dan yang kanan beradu kemudian hancur berantakan. Tulang dan daging terpisah. Tulangnya bersatu, dagingnya menjadi santapan cacing, kalajengking, dan segala macam binatang di dalam tanah yang sudah dipersiapkan untuk menyiksa mayat orang durhaka.
Siksa kubur sangat berat bagi orang yang berdosa. Menurut keterangan, banyak yang disiksa di alam kubur karena tidak menjaga najisnya. Saat buang air kecil gegabah sehingga mengenai celana atau kain yang dipakainya. Atau setelah buang air kemaluannya tidak dicuci dengan benar sehingga mengotori celana yang dipakainya. Selain itu siksa kubur menimpa orang yang suka membicarakan keburukan orang lain (ghibah), iri, dengki, hasud, suka terlewat waktu shalat, suka melakukan perbuatan maksiat, serta dosa-dosa lainnya.


Ya Tuhan... mulai hari ini aku akan berubah. Aku menyesali segala kesalahan yang telah kulakukan selama ini. Agar jika aku mati besok... aku siap menghadapinya. 

Tidak ada komentar: